Friday 7 October 2011



KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK


I. Pengertian Komunikasi
Ada beberapa definisi tentang komunikasi :
· Komunikasi adalah pengiriman pesan atau tukar menukar informasi atau ide / gagasan ( Oxford Dictionary ).
· Komunikasi adalah suatu proses ketika informasi disampaikan kepada orang lain melalui symbol, tanda, atau tingkah laku ( Haber, 1987 )
· Komunikasi bisa berbentuk komunikasi verbal, komunikasi nonverbal, dan komunikasi abstrak ( Champbell dan Glasper, 1995 ).
II. Prinsip Komunikasi
· Mempunyai tujuan yang jelas : membantu pasien mencapai kesejahteraan secara mandiri. Maksudnya, dengan komunikasi pasien bisa mengeksplorasi semua perasaannya dengan perawat secara maksimal, sehingga perawat bisa mengetahui permasalahan pasien secara akurat.
· Merupakan tanggung jawab perawat, sehingga dapat tercipta hubungan saling percaya antara perawat, pasien, dan keluarga.
· Merupakan elemen penting dalam praktek keperawatan. Melalui komunikasi yang baik, akan tergali data yang optimal, sehingga pengalaman yang positif juga akan terbentuk.
· Praktek Keperawatan merupakan praktek professional, yang didalamnya ada hubungan antara perawat dan pasien ( keluarga ) yang membina hubungan profesional dengan menggunakan komunikasi terapeutik ( ada tujuan yang jelas ). Sehingga semua tindakan keperawatan perlu komunikasi. Louise K, dan Brenti, ( 1997 ) mengemukakan tentang komunikasi terapeutik sebagai segala bentuk komunikasi yang dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan pasien atau menghilangkan distres psikologis. Komunikasi terapeutik ditunjukkan dengan empati, rasa percaya, validasi, dan perhatian.
III. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
Ada tiga factor utama yang mempengaruhi proses komunikasi yaitu :
a. Situasi atau suasana
Suasana yang penuh dengan kebisingan akan mempengaruhi baik / tidaknya pesan diterima oleh komunikan, dibandingkan dengan situasi yang tenang atau hening sehingga komunikator dan komunikan dapat saling mengirimkan pesan dengan jelas. Dalam melakukan komunikasi dengan pasien atau keluarga, perawat harus melihat kondisi / keadaan pasien saat itu. Sebaiknya sebelum proses komunikasi dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman.
b. Waktu yang tepat
Jika waktunya tidak memungkinkan janganlah memaksakan diri untuk melakukan komunikasi karena akan menimbulkan masalah lain yang lebih parah atau bahkan kita akan mendapat marah dari pasien dan keluarga. Sehingga perawat perlu memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada pasien, misalnya sewaktu kita melakukan anamnesa, pada pasien yang mengantuk atau yang lainnya.
c. Kejelasan pesan
Akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan dan komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Yakinkan apa yang akan dikomunikasikan dan bagaimana mengkomunikasikannya.
Dengan melihat berbagai uraian diatas, sebenarnya efektif tidaknya suatu komunikasi juga akan dipengaruhi oleh komponen – komponen sbb :
a.Sender / pengirim / sumber pesan / komunikator
b.Message / pesan / informasi
c.Receiver / penerima pesan
d.Channel / media yang digunakan
e.Objective / tujuan
Seorang ahli komunikasi ( Laswell ) menganalisa komunikasi dengan
Who say to whom & how.
Who : Siapa yang mengatakan ( pengirim )
What : Apa yang dikatakan ( pesan )
To Whom : Kepada siapa ( penerima )
How : Bagaimana ( media yang digunakan )





IV. Komunikasi sesuai Tumbuh Kembang Anak
a. Berkomunikasi dengan Bayi
· Belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kata – kata, sehingga bahasa nonverbal sering digunakan
· Mengungkapkan kebutuhan dengan tingkah laku dan bersuara yang dapat diinterpretasikan oleh orang sekitar
· Untuk bayi yang masih muda
ü Berespon positif terhadap kontak fisik yang lembut
ü Perilaku menggerak – gerakkan tangan, kaki, menendang yang
merupakan rangsangan untuk memperoleh perhatian ( misalnya bayi ingin diberi sentuhan, didekap, digendong, diajak komunikasi
dengan lembut ).
· Untuk bayi yang lebih tua ( usia > 6 bulan )
ü Stranger anxiety atau cemas dengan orang asing yang belum dikenalnya, merupakan ciri perilaku yang sering muncul.
ü Perhatiannya berpusat pada diri dan ibunya
ü Perhatikan saat berkomunikasi dengannya
ü Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya dan atau mainan yang dipegangnya
ü Kerjakan dengan lembut
ü Tanpa gerak isyarat
ü Bayi dalam pengawasan orang tua
ü Berikan obyek yang aman
b. Berkomunikasi dengan Anak Balita
( Batita/usia bermain/toddler & Prasekolah )
ü Komunikasi verbal belum efektif, karena memang belum fasih dalam berbicara.
ü Gunakan kata – kata simple, singkat, yang dikenal oleh anak karena anak hanya dapat menerima informasi secara harfiah.
ü Beri pujian untuk hal – hal yang dicapai
ü Sangat egosentris. Hanya melihat sesuatu berpusat pada dirinya ( komunikasi berpusat pada dirinya ).
ü Sering berperilaku mendorong tangan pemeriksa dan menangis pada saat pemeriksa mendekatinya.
ü Anak belum mampu memahami abstraksi, maka gunakanlah istilah – istilah yang pendek dan konkrit
ü Kenalkan alat –alat yang akan digunakan, termasuk juga dengan cara kerjanya. Akan tetapi untuk memegangkan alat kepada anak perlu diperhatikan lingkungan dan kondisi anak. ( Kalau perlu alat diperkenalkan saja, karena kalau memegang langsung, kemungkinan alat akan dibanting oleh anak. Maka perlu diwaspadai kemungkinan tersebut, hal ini lebih spesifik ke anak usia toddler ).
ü Gunakan obyek yang menyenangkan
ü Lakukan kontrak waktu dengan pasien dan keluarga, kapan tindakan akan dilaksanakan
ü Beri kesempatan untuk memegang alat khususnya untuk anak prasekolah ( dengan melihat keadaan anak, sampai bagaimana alat tersebut akan digunakan ).
ü Beri kesempatan untuk bertanya
c. Berkomunikasi dengan Anak Usia Sekolah
Ø Anak Usia 5 – 8 tahun
· Bila menemui masalah hanya percaya terhadap apa yang mereka lihat dan yang mereka ketahui tanpa memerlukan penjelasan secara mendalam.
· Anak tertarik pada aspek fungsional dari semua prosedur, objek dan aktivitas, mengapa, bagaimana, untuk apa prosedur tersebut dilakukan.
· Melihat hal tersebut, perlu menjelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan.
· Kalau perlu dengan alat yang ada peragakan cara penggunaannya, serta sebutkan fungsi peralatan yang ada.
· Anak usia tersebut, sangat memperhatikan keutuhan tubuhnya, oleh karena itu mereka peka terhadap sesuatu yang mengancam atau menyakitkan tubuhnya, sehingga beri pendekatan yang positif.
Ø Anak Usia 8 – 12 tahun
· Anak sudah mampu berfikir secara konkrit, sehingga komunikasi lebih mudah dilakukan, misalnya dengan memberi contoh melakukan injeksi pada boneka.
· Hubungan dengan petugas biasanya terjalin baik, sehingga pengalaman masa lalu bisa diandalkan
· Berdekatan dengan perawat akan lebih tenang karena sudah mengenal dengan baik.
      
 V.   Komunikasi sesuai Tumbuh Kembang Anak

a.      Berkomunikasi dengan Bayi
·Belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kata – kata, sehingga bahasa nonverbal sering digunakan
·Mengungkapkan kebutuhan dengan tingkah laku dan bersuara yang dapat diinterpretasikan oleh orang sekitar
·Untuk bayi yang masih muda ( usia < 6 bulan )
ü Berespon positif terhadap kontak fisik yang lembut
ü  Perilaku menggerak – gerakkan tangan, kaki, menendang yang 
merupakan rangsangan untuk memperoleh perhatian ( misalnya bayi ingin diberi sentuhan, didekap, digendong, diajak komunikasi
dengan lembut ).
·Untuk bayi yang lebih tua ( usia > 6 bulan )
ü Stranger anxiety atau cemas dengan orang asing yang belum dikenalnya, merupakan ciri perilaku yang sering muncul.
ü Perhatiannya berpusat pada diri dan ibunya
ü Perhatikan saat berkomunikasi dengannya
ü Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya dan atau mainan yang dipegangnya
ü Kerjakan dengan lembut
ü Tanpa gerak isyarat
ü Bayi dalam pengawasan orang tua
ü Berikan obyek yang aman

b.     Berkomunikasi dengan Anak Balita
     ( Batita/usia bermain/toddler & Prasekolah )
ü Komunikasi verbal belum efektif, karena memang belum fasih dalam berbicara.
ü Gunakan kata – kata simple, singkat, yang dikenal oleh anak karena anak hanya dapat menerima informasi secara harfiah.
ü Beri pujian untuk hal – hal yang dicapai
ü Sangat egosentris. Hanya melihat sesuatu berpusat pada dirinya ( komunikasi berpusat pada dirinya ).
ü Sering berperilaku mendorong tangan pemeriksa dan menangis pada saat pemeriksa mendekatinya.
ü Anak belum mampu memahami abstraksi, maka gunakanlah istilah – istilah yang pendek dan konkrit
ü   Kenalkan alat –alat yang akan digunakan, termasuk juga dengan cara kerjanya. Akan tetapi untuk memegangkan alat kepada anak perlu diperhatikan lingkungan dan kondisi anak. ( Kalau perlu alat diperkenalkan saja, karena kalau memegang langsung, kemungkinan alat akan dibanting oleh anak. Maka perlu diwaspadai kemungkinan tersebut, hal ini lebih spesifik ke anak usia toddler ).
ü Gunakan obyek yang menyenangkan
ü Lakukan kontrak waktu dengan pasien dan keluarga, kapan tindakan akan dilaksanakan
ü Beri kesempatan untuk memegang alat khususnya untuk anak prasekolah ( dengan melihat keadaan anak, sampai bagaimana alat tersebut akan digunakan )
ü Beri kesempatan untuk bertanya




c.      Berkomunikasi dengan Anak Usia Sekolah
Ø Anak Usia 5 – 8 tahun
·          Bila menemui masalah hanya percaya terhadap apa yang mereka lihat dan yang mereka ketahui tanpa memerlukan penjelasan secara mendalam.
· Anak tertarik pada aspek fungsional dari semua prosedur, objek dan aktivitas, mengapa, bagaimana, untuk apa prosedur tersebut dilakukan.
· Melihat hal tersebut, perlu menjelaskan setiap  prosedur yang akan dilakukan.
·Kalau perlu dengan alat yang ada peragakan cara penggunaannya, serta sebutkan fungsi peralatan yang ada.
·Anak usia tersebut, sangat memperhatikan keutuhan tubuhnya, oleh karena itu mereka peka terhadap sesuatu yang mengancam atau menyakitkan tubuhnya, sehingga beri pendekatan yang positif.  
Ø   Anak Usia 8 – 12 tahun
·Anak sudah mampu berfikir secara konkrit, sehingga komunikasi lebih mudah dilakukan, misalnya dengan memberi contoh melakukan injeksi pada boneka.
·Hubungan dengan petugas biasanya terjalin baik, sehingga pengalaman masa lalu bisa diandalkan
·Berdekatan dengan perawat akan lebih tenang karena sudah mengenal dengan baik.



KOMUNIKASI TERAPEUJIK PADA ANAK ADHD
Komunikasi terapeutik pada anak ADHD
Apakah ADHD itu?
ADHD adalah kependekan dari attention deficit hyperactivity disoerder, ( Attention = perhatian, Deficit = berkurang, hyperactivity = hiperaktif, dan disorder = gangguan ). Atau gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif.
Secara umum menjelaskan kondisi anak-anak yang memperlihatkan simtom-simtom kurang konsentrasi, hiperaktif, dan impulsive yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas hidup mereka.
Bagaimana cara berkomunikasi dengan anak ADHD?
Hubungan efektif dan proaktif antara orang tua dan sekolah adalah vital bagi keberhasilan menyeluruh dalam menghadapi siswa ADHD.
Umumnya, orang tua mencoba untuk bertindak demi kepentingan anak sepanjang waktu. Tindakan mereka biasanya berdasarkan informasi yang dapat mereka peroleh pada waktu itu. Jika ternyata ada kontradiksi antara apa yang disebut nasihat professional dan atas apa yang orang tua lakukan, biasanya ada alasan kuat untuk ini. Orang tua harus menemukan cara mereka sendiri dalam menerima mereka dan menghadapi masalah lingkungan mereka sendiri.
Merupakan hal yang biasa, bahwa orang tua dari anak ADHD mengalami konflik antara yang satu dan yang lainnya. Misalnya, si Bapak menyalahkan si ibu karena tidak mengawasi si anak. Si ibu menjelaskan, bahwa segala yang di usahakannya tidak berhasil. Sementara si bapak, meskipun ada potensiuntuk membantu situasi tersebut, namun dapat member reaksi dengan cara tidak membantu, seperti menghindari pulang ke rumah sampai si anak tidur atau memihak si anak melawan ibunya.
Beberapa cara membantu orang tua adalah mencoba menempatkan mereka ke dalam cara pandang depan yang meskipun menjengkelkan, namun tidak mengancam jiwa, serta mendorong mereka agar proaktif dan tidak reaktif. Nasihat tau saran yang paling penting adalah agar mereka memiliki kesabaran luar biasa.
Kontak telepon, saling berkirim sms, atau mengirim faks, rapat orang tua dengan guru secara periodic, dan penyediaan buku penghubung sehari-hari,semuanya merupakan sarana untuk membantu mencegah terjadinya kesalapahaman antara orang tua dan sekolah. Komunikasi yang baik akan menjamin setiap manipulasi dari situasi anak khusus dapat di hindari dengan kontak yang erat dan proaktif.
Dua pertimbangan yang harus di ingat setiap saat adalah
1. Anak ADHD dapat merasakan banyak tekanan atas hubungan keluarga, khususnya anak yang menralami Oppositional Depiant Disorder ( ODD ).
2. Dalam situasi yang selalu sulit, kemungkinan ADHD dan ODD, juga orangtua yang tidak di akui harus dipertimbangkan.

Ada banyakprogaram yang bagus di rancang untuk membantu orang tua mengenali masalah antara yang satu dan yang lainnya. Dalam hal ini, hubungan mereka dengan si anak dan anggota keluarga lainnya. Teknik penanganan/pengurusan rumah dapat di ajarkan melalui permainan peran dan sampai batas tertentu dengan terapi kelompok. Keberhasilan program-program ini sebagian besar bergantung pada mutu konsultan dan keterbukaan semua pihak untuk nasihat yang objektif.
Mutu terbaik yang di miliki searang konsultan adalah bersikap tidak membingungkan dan tidak rumit. Mereka perlu mengarahkan pada satu atau dua masalah khusus dan mengembangkan strategi untuk membantu orang tua menolong diri mereka sendiri di kemudian hari.

Beberapa unsure penting pelatihan orang tua adalah
- Pendidikan keluarga mengenai ADHD
- Keterampilan memecahkan masalah
- Memperbaiki pengawasan orang tua
- Mengurangi ketegangan
- Meningkatkan pengaruh medikasi
- Keterampilan berkomunikasi
- Reframing atau restrukturisasi
- Psikoterapi individual




    Daftar Pustaka
A.Aziz Alimul Hidayat,Pengantar Ilmu Keperawatan Anak !,Salemba Medika,2008
Behrman,kleigman,Jenson,Nelson Texbook of Pediatrics 17th Edition,Saunders,2000
Sumber judul buku terapeutik pada anak ADHD
Drs. MIF. Balhaqi,Msi
Drs. M. sugirmin,Mpd