KONSEP DASAR TB PARU
A. Pengertian
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan mycobakterium tuberculosis (Price, 1995: 753).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan basil mycobakterium tuberculosis atau basil tuberkel yang tahan asam (Tambayong, 2000: 111).
Tuberculosis adalah infeksi saluran nafas bawah yang disebabkan oleh mikroorganisme mycobakterium tuberculosis yang biasa ditularkan melalui instalasi percikan ludah (droples) orang ke orang lain dan mengkoloniasi bronkus atau alveolus (Corwin, 2001: 414).
B. Etiologi
Penyebab tuberculosis adalah mycobacterium tuberculosis jenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian besar kuman terdiri dari atas lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan asam sehingga disebut bakteri tahan asam. Kuman ini dapat hidup pada udara yang kering maupun dengan ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dorman. Dari sifat dorman ini kuman dapat hidup sebagai dan menjadi tuberculosis aktif lagi. Didalam jaringan kuman hidup sebagai kuman parasit cobakterium tuberculosis kompleks adalah M. Tuberculosis, varian asamm varian african I. Varian African II, M. Bovis, pembagian tersebut berdasarkan perbedaan secara epidemologi (Soeparman, 2001: 820-821).
C. Patofisiologi
Penularan TB paru karena kuman bila dibatukkan atau dibersinkan menjadi droplet nuklea dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam tergantung sinar ultraviolet, ventilasi yang baik dan kelembaban. Bila partikel ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalna nafas atau paru-paru. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dan cabang broksal beserta gerakan silia dengan sekretnya. Kuman juga masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tetapi hal ini jarang sekali terjadi bila kuman ini menetap di jaringan paru maka ia akan tumbuh dan berkembangbiak dalam sitoplasma makrofag. Disini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lain, kuman yang berasal dari paru-paru akan membentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil yang disebut sebagai sarang primer.
Kuman yang dorman pada tuberculosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi TB dewasa (TB post primer) batuk terjadi adanya karena ada titasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar dari saluran nafas. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batu terjadi setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru, yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Peradangan bermula sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum) keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan bentuk darah pada TB terjadi pada kavitalis tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus (Soeparman, 2001: 820).
Apabila bakteri tuberculin daam jumlah yang bermakna berhasil menembus mekanisme pertahanan sistem pernafasan dan berhasil menempati saluran nafas bawah maka pejamu akan melakukan respon imun dan peradangan yang kuat, karnea basil mycobacterium tuberculosis sangat sulit dimatikan. Apabila telah mengkolonisasi saluran nafas bawah maka tujuan respon imun adalah lebih untuk mengepung dan menisolasi basil bukan untuk mematikannya basil diikuti oleh sel T dan jaringan fibrosa membungkus kompleks makrofag basil tersebut. Kompleks basil, makrofag, sel T dan jaringan parut disebut tuberkel. Tuberkel akhirnya mengalami klasifikasi dan disebut gnon, yang dapat dilihat pada pemeirksaan sinar-x thorax sebelum ingesti bakteri selesai, bahan mengalami perlunakan (perkifuan) pada saat ini mikroorganisme hidup yang memperoleh akses ke dalam thehea bronkus dan menyebar melalui udara ke orang lain. Kerusakan pada paru akibat infeksi adalah disebabkan oleh basil serta reaksi imun dan peradangan yang hebat. Edema interstitium dan pembentukan jaringan parut permanen dari alveolus meningkatkan jarak untuk difusi oksigen dan karbodioksida mengurangi luas permukaan yang tersedia untuk difusi gas sehingga kapasitas difusi paru menurun. Jaringan paru dapat menyebabkan penurunan complience paru (Corwin, 2000: 414-416).
Bila seseorang yang belum pernah terpapar oleh tuberculosis menghirup cukup banyak basil tuberkel ke dalam alveoli maka terjadilah infeksi buberculosis. Reaksi tubuh terhadap basil tergantung pada kerentangan orang tersebut dan besarnya dosis yang masuk. Peradangan terjadi pada alveoli (parenkim paru) dan pertahanan tubuh alami berusaha melawan infeksi tersebut. Makrofag menangkap kuman tersebut lalu dibwa ke sel T. Proses radang dan reaksi sel menghasilkan sebuah nodul pucat kecil yang disebut tuberkel reaksi sel menghasilkan sebuah nodul pucat kecil yang disebut tuberkel primer, dibagian tengah tuberkel (nodul) terdapat basil tuberkel. Bagian luarnya mengalami fibrosis. Proses terakhir ini disebut perkijuan, bagian nekrotik tengah ini dapat mengatur atau klasifikasi atau mencair. Materi cair ini dapat dibatukkan keluar meninggalkan rongga (kaverne) dalam parenkim paru yang tampak pada foto thorax (Tambayong, 2000: 111).
D. Tanda dan Gejala
Keluhan yang dirasakan penderita TB dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan sama sekali. Keluhan yang banyak adalah:
1. Demam
Dapat menyerupai demam influensa dan dapat timbul sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita sete berat ringannya infeksi kuman TB yang masuk.
2. Batuk
Gejala ini banyak ditemukan, batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus dengan sifat batuk yang dimulai dari batuk non produktif kemudian tumbuh menjadi batuk produktif. Keadaan lanjut dapat terjadi hemoptor (batuk darah) karena pembuluh darah pecah.
3. Sesak nafas
Sesak nafas dapat ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut diman ainfeksinya sudah setengah paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini jarang ditemukan nyeri dada dapat timbul pada infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5. Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat radang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa anorexia, kurus (berat badan menurun) sakit kepala, pusing, nyeri otot, keringat malam. Gejala ini mungkin berat dan hilang timbul.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Liji kulit positif untuk tuberculosis memperlihatkan imunitas seluler dan hanay membuktikan bahwa saluran nafas bawah yang bersangkutan pernah terpajan ke basil tetapi tidak mengalami infeksi aktif.
2. Biakan sputum dari pasien dengan infeksi aktif akan memperlihatkan adanya basil.
3. Pemeriksaan sinar-x akan meperlihatkan pembentukan tuberkel lama atau baru (Corwin, 2000: 416).
4. GDA dapat normal tergantung berat ringannya kerusakan sisa pada paru.
5. Histologi atau jaringan positif untuk mycobacterium tuberculosis (Doenges, 199: 242).
F. Pathway
|
|
|
G. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. mucus banyak, sekret basah.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. tidak mampu mencerna makanan sering batuk.
3. Resti infeksi (penyebaran, aktifasi ulang) b.d. pertahanan primer tidak adekuat, penurunan kerja silia/setasis sekret, kerusakan jaringan/tambahan infeksi.
4. Resti terhadap kerusakan penukaran gas b.d. penurunan efektif paru, atelektaksis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekeret kental, tebal, edema bronkial.
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan b.d. kurang terpajan pada/sudah interprestasi informasi, keterbatasan kognitif, kurang informasi yang ada.
H. Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d.mukus banyak, sekret darah
Tujuan:
a. Mempertahankan jalan nafas pasien
b. Mengeluarkan sekret tanpa bantuan
c. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan jalan nafas
d. Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam tingkat kemampuan/situasi.
Intervensi:
a. Kaji fugnsi pernafasan contoh: bunyi nafas, kecepatan kama, kedalaman.
Rasionalisasi: bunyi nafas dapat menunjukkan ateltafis, ronkhi, mengi mengunjukkan akumulasi sekret.
b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa atau batuk efektif, catat jumlah sputum, adanya hempptisis.
Rasionalisasi: pengeluaran sulit bila sekret sangat kental, sputum berdarah disebabkan kerusakan paru.
c. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, penghisapan sesuai keperluan.
Rasionalisasi: mencegah obstruksi/aspirasi.
d. Posisikan pasien semi fowler, bantu pasien untuk batuk dan latihan nafas dalam.
Rasionalisasi: posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan.
e. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 1500 ml/hari.
Rasionalisasi: pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret membuatnya mudah dikeluarkan.
f. Kolaborasià lembabkan oksigen/udara inspirasi
Rasionalisasi: mencegah pengeringan membran mukosa pengenceran sekret.
g. Beri obat-obatan sesuai indikasi, agen mukolitik, bronkodilator
Rasionalisasi: agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengkapan sekret baru untuk memudahkan dikeluarkan, bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangna trakeobronkeal, sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. tidak mampu mencerna makanan, sering batuk.
Tujuan:
a. Menunjukkan berat badan meningkat
b. Mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal
c. Bebas tanda-tanda mal nutrisi
Intervensi:
a. Catat status nutrisi pasien, turgor kulit, BB, kemampuan/ketidakmampuan menelan.
Rasionalisasi: berguna untuk mendefinisikan derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi.
b. Pastikan pola diit biasa pasien yang disukai atau tidak disukai
Rasionalisasi: membantu mengidentifikasi kebutuhan.
c. Pantau masukan atau pengeluaran dan berat badan secara periodik.
Rasionalisasi: berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
d. Selidiki anorexia, mual, muntah catat adanya obat sebagai efek.
Rasionalisasi: dapat mempengaruhi pilihan diit untuk meningkatkan pemasukan nutrient.
e. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering sajikan dalam kondisi hangat.
Rasionalisasi: meningkatkan nafsu makan pasien.
f. Kolaborasi rujuk ke ahli diit
Rasionalisasi: perencanaan diit dengan nutrisi adekuat untuk nutrisi metabolik.
g. Awasi pemeriksaan laboratorium (BUN, protein, serum, albumin).
Rasionalisasi: untuk mengetahui mal nutrisi atau tidak dan menentukan program terapi selanjutnya.
3. Resti infeksi (penyebaran, aktifasi ulang b.d. pertahanan primer tidak adekuat, penurunan kerja silia/statsis sekret, kerusakan jaringan/tambahan infeksi
Tujuan:
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko tinggi penyebaran, menunjukkan teknik atau perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang nyaman.
Intervensi:
a. Kaji patologi penyakit (aktif atua fase tidak aktif) infeksi melalui bronkus untuk membatasi jaringan atau melalui aliran darah, potensial penyebaran melalui infeksi droplet udara.
Rasionalisasi: membantu pasien menyadari perlunya mematuhi program pengobatan dan pencegahan penyebaran.
b. Identifikasi orang lain yang beresiko
Rasionalisasi: orang yang terpajan perlu program terapi untuk mencegahnya.
c. Anjurkan batuk, bersin pada tisue habis pakai atau tutup sewaktu batuk atau bersin.
Rasionalisasi: dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien.
d. Kaji tindakan kontrol infeksi semacam (masker, isolasi pernafasan).
Rasionalisasi: dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien.
e. Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara periodik.
Rasionalisasi: alat dalam pengawasan efek dan keefektifan obat.
f. Kolaborasi: berikan agen anti infeksi sesuai indikasi (INH, etambutol, rivampisin).
Rasionalisasi: kombinasi agen anti infeksi digunakan, contoh obat primer atau satu primer tambah satu dan obat sekunder (NH biasanya obat pilihan pasien infeksi pada resiko terjadi TB. Ethambutol harus diberikan bila sistem syaraf pusat atau tak terkomplikasi).
4. Resti terhadap kerusakan pertukaran gas b.d. penurunan efektif paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret kental, edema bronkial.
Tujuan:
a. Melaporkan tak adanya penurunan dispnea.
b. GDA dalam rentang normal.
c. Bebas dari gejala distress pernafasan.
Intervensi:
a. Kaji dispnea/takipnea peningkatan upaya pernafasan.
Rasionalisasi: efek pernafasan bisa dari ringan sampai berat.
b. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis membran mukosa atau kulit.
Rasionalisasi: akumulasi sekret atau terpengaruh jalan nafas menganggu oksigenasi organ vital.
c. Tingkatkan tirah baring atau batasi aktifitas, bantu aktifitas pasien.
Rasionalisasi: menurunkan konsumsi oksigen.
d. Kolaborasi: pantau GDA.
Rasionalisasi: PaO2 menunjukkan kebutuhan intervensi atau program terapi.
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenal kondisi, aturan tindakan dan pencegahan b.d. kurang terpajan pada/salah interpretasi informasi keterbatasan kognitif, kurang informasi yang ada.
Tujuan:
a. Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan.
b. Melakukan perilaku untuk memperbaiki kesehatan.
Intervensi:
a. Kaji kemampuan belajar pasien.
Rasionalisasi: belajar tergantung pada emosi.
b. Berikan informasi pada pasien sesuai kebutuhan atau secara tertulis.
Rasionalisasi: memberikan informasi yang dibutuhkan pasien dan mudah diingat.
c. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, alasan pengobatan lama.
Rasionalisasi: meningkatkan kerjasama.
d. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat.
Rasionalisasi: dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan tentang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut.
RENCANA KEPERAWATAN
| Tgl | Diagnosa Keperawatan | Tujuan dan kriteria hasil | Intervensi |
| 19/11/07 | 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi sputum meningkat 2. Gg eliminasi b.d kon stipasi | Stlh dilakukan kriteria hasil selama 3x24 jam diharapkan masalah teratasi dgn kriteria hasil: · batuk berdahak ber- kurang Stlh dilakkukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan ps dpt BAB dgn lancar |
|
IMPLEMENTASI
| Tgl | No. Dx | Implementasi | Respon | Ttd |
| 19/11/07 (07.00) (14.00) (20.00) | 1. 2. 1. 2. 1. |
• Anjurakan minum air hangat • Mengajarkan nafas dalam dan batuk efektif • Melakukan huknah • Monitor infus • Memberikan injeksi kalnek • Menganjurkan pasien untuk istirahat |
N : 84x/mnt RR : 20x/mnt S : 37OC
N : 80x/mnt RR : 20x/mnt S : 37,5OC
• Pasien mengikuti • Pasien kooperatif • Infus RL 20 tpm lancar • obat masuk • pasien kooperati | |
EVALUASI
| Tanggal | Evaluasi |
| 20-11-2007 07.00 | S : Pasien mengatakan batuknya sudah berkurang dan darah sudah berkurang O : - darah yang keluar sedikit - tidak sesak lagi saat batuk - TTV TD : 100 / 60 mmHg N : 80 x/mnt RR : 20 x/mnt S : 37O C A : Masalah teratasi P : Lanjutkan intervervensi S : Pasien mengatakan sudah BAB tapi baru 1 x O : - A : masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi - anjurkan makan yang mengandung banyak serat - banyak minum air hangat. |