Friday, 7 October 2011


KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA GANGGUAN JIWA


Di era globalisasi dan persaingan bebas kecenderungan terhadap peningkatan gangguan jiwa semakin besar hal ini di sebabkan karena streksor dalam kehidupan semakin kompleks.
Definisi kesehatan  menurut para ahli yaitu:
1.   Definisi kesehatan menurut WHO Adalah suatu keadan sejahtera fisik(jasmani),mental(rohani),dan social yang lenkap dan bukan hanya bebas dari pernykit atau kecacatan.
2.   Definisi kesehatan menurut UU No.23 tahun1992 yaitu : keadaan sejahtera dari badan,jiwa atau social yang memungkinkansetiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis.
3.   Definisi kesehatan menurut UU No. 9 tahun 1960 kesehatan yaitu keadaan sejahterayang meliputi fisik,mental,sosil,cacat dan kelemahan.
4.   Definisi kesehatan jiwa menurut UU No.3 tahun 1966 kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik ,intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain.Dpat di simpulkan kesehatan jiwa adalah bagian intergan dari kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkn perkembangan fisik dan social indifidu  secara optimal dan selaras dengan perkembangan orang lain.
5.   Definisi gangguan jiwa menurut UU No.3 tahun 1966 tentang kesehatan jiwa. Ganggguan jiwa adalah adanya gangguan pada fungsi  kejiwaaan. Fungsi kejiwaan adalah proses piker,emosi,kemauan,dan perilaku pskomotorik termasukk bicara.
Dapat di simpulkan gangguan jiwa adalah terganggunya funsi mental ,emosi,pikiran,kemauan,perilaku psikomotorik dan ferbal yang menjelmadalam kelompok gejala klinis,yang di sertai dengan penderitaan dan mengakibatkan terggngunya fungsi humnistik indufidu.
Masalah – Masalah gangguan jiwa meliputi
a.    Perubahan fungsi jiwa sehingga menimbulkan penderitaan pada indifidu (stress) dan hambatan dalam melaksanakan fungsinya sosialnya
b.   Masalah pesikososisl yang di artikan sebagai setiap perubahan yang dalam kehidupan indifidu baik bersifat psikologis maupun social yang member rimbal balik dan di anggap mempunyai pengaruh cukup bersar. Sebagai factor timbulnya berbagai gangguan jiwa  kedaan ini disebut stress pikosisal yang dapat berupa masalah perkembangan manusia yang harmonispengingkaran kualitas  hidup, upaya – upaya k esehatan jiwa di perlukan untuk mengatasi tersebut di atas meliputi upaya primer,sekunder dan tersier.
Berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah teknik khusus, ada  beberapa hal yang membedakan berkomunikasi antara orang gangguan jiwa dengan gangguan akibat penyakit fisik. Perbedaannya adalah :
1.   penderita gangguan jiwa cenderung mengalami gangguan konsep diri, penderita gangguan penyakit fisik masih memiliki konsep diri yang wajar (kecuali pasien dengan perubahan fisik, ex : pasien dengan penyakit kulit, pasien amputasi, pasien pentakit terminal dll).
2.   gangguan jiwa cenderung asyik dengan dirinya sendiri sedangkan penderita penyakit fisik membutuhkan Penderita support dari orang lain.
3.   Penderita gangguan jiwa cenderung sehat secara fisik, penderita penyakit fisik bisa saja jiwanya sehat tetapi bisa juga ikut terganggu.
Sebenarnya ada banyak perbedaan, tetapi intinya bukan pada mengungkap perbedaan antara penyakit jiwa dan penyakit fisik tetapi pada metode komunikasinya.
Komunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah dasar pengetahuan tentang ilmu komunikasi yang benar, ide yang mereka lontarkan terkadang melompat, fokus terhadap topik bisa saja rendah, kemampuan menciptakan dan mengolah kata – kata bisa saja kacau balau.
Ada beberapa trik ketika harus berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa :
1.    pada pasien halusinasi maka perbanyak aktivitas komunikasi, baik meminta klien berkomunikasi dengan klien lain maupun dengan perawat, pasien halusinasi terkadang menikmati dunianya dan harus sering harus dialihkan dengan aktivitas fisik.
2.    Pada pasien harga diri rendah harus banyak diberikan reinforcement
3.   Pada pasien menarik diri sering libatkan dalam aktivitas atau kegiatan yang bersama – sama, ajari dan contohkan cara berkenalan dan berbincang dengan klien lain, beri penjelasan manfaat berhubungan dengan orang lain dan akibatnya jika dia tidak mau berhubungan dll.
4.   Pasien perilaku kekerasan, khusus pada pasien perilaku kekerasan maka harus direduksi atau ditenangkan dengan obat – obatan sebelum kita support dengan terapi – terapi lain, jika pasien masih mudah mengamuk maka perawat dan pasien lain bisa menjadi korban.
MANAJEMEN KRISIS
Managemen krisis adalah sebuah situasi kegawat daruratan pada klien penderita gangguan jiwa, rata - rata pasien yang masuk dalam kategori managemen krisis adalah pasien yang mengalami kondisi labil, terjadi pada pasien baru, pasien yang mengalami kekambuhan, pasien dengan regimen terapeutik tidak efektif, pasien amuk, pasien gaduh gelisah, pasien putus obat dan beberapa penyebab lain.

Tanda dan Gejala
  1. Pasien Mondar - mandir
  2. Tatapan mata tajam
  3. Pasien susah tidur
  4. Pasien menggangu pasien lain
  5. Pasien berteriak - teriak
  6. Pasien memukul benda atau tempat tidur
  7. Pasien menimbulkan suasana gaduh
  8. Pasien menolak instruksi
  9. Pasien menyerang pasien lain, menyerang perawat atau tenaga kesehatan yang lain
Sebenarnya ada begitu banyak gejala dari pasien krisis ini tetapi, beberapa hal diatas hanya sebagai representasi dari sebuah situasi krisis pada klien gangguan jiwa.

Peran Perawat dalam situasi krisis
  1. Kolaborasi medis pemberian psikofarmaka 
  2. Melakukan pemberian psikofarmaka sesuai order
  3. Melakukan restrain
  4. Managemen krisis
  5. Pertimbangan melakukan ECT
  6. Managemen lingkungan
  7. Beri instruksi pada pasien lain terkait kondisi pasien kritis
  8. Monitoring kondisi klien
Beberapa pertimbangan dalam melakukan Managemen krisis
  1. Keselamatan pasien lain
  2. Keselamatan pasien sendiri
  3. Keselamatan pasien yang bersangkutan
  4. Keselamatan Lingkungan
Managemen krisis dapat terjadi setiap saat dan setiap waktu, sehingga monitoring pada beberapa pasien - pasien tertentu layak menjadi sebuah pertimbangan, sebelum akhirnya timbul korban dari situasi labil pada klien tersebut. Pelayanan keperawatan professional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu perawat jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan  dengan respon psikososial yang maladaptive yang disebabkan oleh gangguan bio-psikososial dengan menggun akan diri sendiri dan terapi kesehatan jiwa( Komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok Komunitas). Prinsip keperawatan jiwa berdasarkan paradigma dapat ditinjau dari empat komponen yaitu manusia, linkungan, kesehatan dan keperawatan.

1.    Manusia
Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan penting
Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat

2.    Lingkungan
Manusia sebagai mahluk holistic dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan lingkungan dari luar baik dari keluarga, kelompok maupun komunitas.

3.    Kesehatan
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia yang menunjukan salah satu segi kualitas hidup manusia. Oleh karena itu tiap individu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan yang sama melalui keperawatan yang adekuat.

4.    Keperawatan
Perawat memandang manusia secara holistic dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik.

            PERAN DAN FUNGSI PERAWAT KESEHATAN JIWA
Keperawatan kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal, yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mendukung pada fungsi integrasi. Sehingga sanggup mengembangkan diri secara wajar dan dapat melakukan fungsinya dengan baik, saenggup menjalankan tugasnya sehari hari sebagaimana mestinya.

            PERAN PERAWAT PSIKIATRI
1.    Pelaksanaan asuhan keperawatan
Perawat memberi pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa kepada individu keluarga dan komunitas
2.    Pelakasanaan Pendidikan keperawatan
Perawat memberi pendidikan keperawatan jiwa kepada individu keluarga dan komunitas agar bisa diharapkan setiapa anggota masyarakat bertanggung jawab terhadap kesehatan jiwa.
3.    Pengelola keperawatan
Menerapkan teori manajemen dan kepemimpinan dalam mengelola asuuhan keperawatan jiwa.
Fungsi perawat psikiatri
Memberikann asuhan keperawatan secara langsung dan asuhan keperawtan secara tidak langsung.Fungsi ini dapat  di capai melalui  aktivitas perawat psikitris yaitu :
a.    Bekerja untuk mengatasi masalha klien yaitu dalam membantu mengatasi segera dan idak di tunda sehingga tidak terjadi penumpukan masalah.
b.    Sebagai model peran yaitu perawat dalam memberikan bantuan kepada pasien menggunakan diri sendiri sebagai alat.
c.    Memperhatikan masalah askep fisik dari masalah kesehatan klien yang di tunjukan  kepada pasien,keluarga dan komunitas yang mencangkup pendidikan kesehatan jiwa ,gangguan jiwa,cirri-ciri sehat jiwa,penyebab gangguan jiwa,cirri-ciri gangguan jiwa, fungsi   dan tugas kelaurga,dan upaya perawatan pasien gangguan jiwa.
d.    Sebagai peranata social yaitu perawat dapat menjadi perantara bagi pihak pasien.keluarga dan masyarakat dalam memfasilitasi pemecahan masalah pasian.
e.    Kolaborasi dengan tim lalu.
f.     Membantu dan membantu tenaga perawatan dalam pemberian tenaga keperawatan jiwa di dasarkan dalam keperawatan jiwa.
g.    Menggunakan sumber di masyarakan sehubungan dengan kesehatan mental.






























DAFTAR PUSTAKA
Dirjen,Yan Medik,19998.Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa di fasilitas pelayanan umum, Jakarat

Stuart,Gail Wiscart,1998,Buku Saku Jiwa,ed 3 EGC Jakarta.
http:// komter-luzni-blogspot.com/2009/o7/prinsip – komunikasi - terapeutik.html
www.imron46.co.cc,blog