Sunday, 19 December 2010

menangis dalam persfektif kesehatan mental

MENANGIS DALAM PERSPEKTIF KESEHATAN MENTAL

Dalam kesehatan mental dan psikologi terdapat istilah yang disebut tingkah laku normal dan tingkah laku tak normal. Hal ini yang akan nampak dalam kehidupan sehari-hari seseorang. Yang jadi masalah adalah apakah seseorang yang menangis adalah orang yang tidak sehat mentalnya ataukah menangis hanya salah satu bentuk katarsis untuk seseorang.
Berawal dari hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih mendalam tentang menangis dalam pandangan kesehatan mental.
Karena dalam kehidupan sehari-hari kita sudah tidak asing lagi dengan seseorang yang menangis, baik menangis karena kesedihan ataukah menangis karena sebuah kebahagiaan. Dan bagi penulis hal ini sangat menarik untuk dijadikan sebagai bahan penelitian.
Secara sederhana, gangguan mental diartikan sebagai adanya penyimpangan dari norma-norma perilaku yang mencakup pikiran, perasaan, dan tindakan, ataupun bisa diartikan juga bahwa gangguan mental sebagai suatu kesakitan yang mengurangi kapasitas seseorang untuk menggunakan, memelihara pertimbangan-pertimbangan, kebijaksanaan, dan pengendalian dalam melakukan urusan-urusan dan hubungan sosial, sehingga gangguan mental merupakan terusiknya ketenangan dalam batin dan menjadi gangguan pada struktur kepribadian manusia.



UPAYA BADAN PENASIHATAN, PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) KOTA KEBUMEN DALAM MENGURANGI ANGKA PERCERAIAN

Seseorang dalam menjalani kehidupan berumah tangga tentu saja akan mengalami pasang surut keharmonisan. Adakalanya dalam sebuah keluarga tercipta sebuah suasana yang bahagia dan ceria, akan tetapi saat dua pikiran tak dapat bersatu dapat mengakibatkan percekcokan manakala dua ego tidak dapat diredam, tidak ada yang mengalah, dan tidak ada yang menjadi penengah. Akibat dari sebuah pertengkaran tak berujung itulah yang dapat menjadi salah satu sebab perceraian dalam rumah tangga seseorang.
Maraknya perceraian di kalangan masyarakat luas saat ini mendorong penulis untuk meneliti tentang perceraian itu sendiri, dan upaya-upaya apa sajakah yang dilakukan oleh BP4 kota Kebumen untuk mengurangi angka perceraian khususnya di kota Kebumen itu sendiri, dan apakah dalam usaha untuk mengurangi angka perceraian tersebut mendapatkan kendala (factor penghambat) ataupun adakah faktor pedukungnya sehingga akan mampu meminimalisir perceraian di kota Kebumen.





Kasus:
Rani seorang gadis yang pernah tersakiti oleh laki-laki, dan saat ini dia takut untuk menjalin hubungan serius dengan laki-laki karena tidak mau disakiti lagi, setelah di putus dan tersakiti dia hampir tidak percaya lagi pada semua laki-laki. Rani beranggapan bahwa dia juga bisa hidup tanpa laki-laki, laki-laki hanya sumber masalah buat dia dan hanya akan menyakiti dia saja.

 Tahap-tahap Konseling
1. Analisis
Rani adalah seorang gadis yang pernah tersakiti, sehingga merasa takut untuk menjalin hubungan dengan laki-laki karena tidak mau disakiti lagi. Dia merasa tidak butuh laki-laki (dia dapat hidup tanpa laki-laki), laki-laki hanya akan membuat masalah dalam hidupnya.
2. Sintesis
Rani mempunyai pertahanan diri yang kuat akan tetapi dia juga mempunyai trauma untuk berhubungan lebih serius dengan laki-laki.
3. Diagnosis
Rani mengalami konflik diri yang diakibatkan dari kurangnya informasi tentang kepercayaan terhadap orang lain (laki-laki) dan memaafkan kesalahan orang lain, sehingga rani menarik diri untuk mempunyai hubungan yang serius dengan lawan jenis.
4. Prognosis
Rani tidak mau mempunyai hubungan serius dengan lawan jenis.
5. Konseling
• Mendidik kembali
Memberikan pemahaman terhadap Rani bahwa tidak semua laki-laki suka menyakiti wanita. Akan ada laki-laki yang menyayangi Rani dengan segenap ketulusan dan akan mampu membahagiakan Rani.